KELOMPOK 10
ANGGOTA :
1. ARCHITA FERINA SETIANING (11211043)
2. EVA YULIANINGSIH (12211524)
3. NIA NURYANTI (15211153)
BAB 3
ETIKA UTILITARIANISME DALAM BISNIS
Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham
(1748-1832). Persoalan yang dihadapi oleh Bentham dan orang-orang sezamannya
adalah bagaimana menilai baik buruknya suatu kebijaksanaan sosial politik, ekonomi,
dan legal secara moral. Singkatnya, bagaimana menilai sebuah kebijaksanaan
publik, yaitu kebijaksanaan yang punya dampak bagi kepentingan banyak orang,
secara moral.
1. Kriteria dan Prinsip Etika Utilitarianisme
Kriteria pertama adalah manfaat , yaitu bahwa kebijaksanaan
atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi,
kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik.
Sebaliknya, kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang
mendatangkan kerugian tertentu.
Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa
kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam
situasi tertentu lebih besar)dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan
alternative lainnya.
Kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin
orang, yaitu dengan kata lain suatu kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan
tepat dari segi etis menurut etika utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau
tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau
sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin bagi sedikit mungkin
orang.
Secara padat ketiga prinsip itu dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bertindaklah sedemikian rupa sehingga tindakanmu itu mendatangkan
keuntungan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin orang.
2. Nilai Positif Etika Utilitarianisme
a)
Rasionalitas, prinsip moral yang diajukan oleh etika
utilitarianisme ini tidak didasarkan pada aturan-aturan kaku yang mungkin tidak
kita pahami dan yang tidak bias kita persoalkan keabsahannya.
b)
Dalam kaitannya dengan itu, utilitarianisme sangant
menghargai kebebasan setiap pelaku moral. Setiap orang dibiarkan bebas untuk
mengambil keputusan dan bertindak dengan hanya memberinya ketiga criteria
objektif dan rasional tadi.
c)
Universalitas, yaitu berbeda dengan etika teleologi
lainnya yang terutama menekankan manfaat bagi diri sendiri atau kelompok
sendiri, utilitarianisme justru mengutamakan manfaat atau akibat baik dari
suatu tindakan bagi banyak orang.
3. Utilitarianisme Sebagai Proses dan Standar
Penilaian
a)
Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk
mengambil sebuah keputusan, kebijaksanaan, ataupun untuk bertindak. Dengan kata
lain, etika utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk mengambil keputusan.
Ia menjadi sebuah metode untuk bisa mengambil keputusan yang tepat tentang
tindakan atau kebijaksanaan yang akan dilakukan.
b)
Etika utilitarianisme juga dipakai sebagai standar
penilaian baik tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan. Dalam hal ini,
ketiga criteria di atas lalu benar-benar dipakai sebagai criteria untuk menilai
apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan yang telah dilakukan memang baik atau
tidak. Yang paling pokok adalah menilai tindakan atau kebijaksanaan yang telah
terjadi berdasarkan akibat atau konsekuensinya yaitu sejauh mana ia
mendatangkan hasil terbaik bagi banyak orang.
4. Analisa keuntungan dan kerugian
1) Keuntungan dan kerugian (cost and benefits) yang
dianalisis jangan semata-mata dipusatkan pada keuntungan dan kerugian bagi
perusahaan, kendati benar bahwa ini sasaran akhir. Yang juga perlu mendapat
perhatian adalah keuntungan dan kerugian bagi banyak pihak lain yang terkait
dan berkepentingan, baik kelompok primer maupun sekunder. Jadi, dalam analisis
ini perlu juga diperhatikan bagaimana daan sejauh mana suatu kebijaksanaan dan
kegiatan bisnis suatu perusahaan membawa akibat yang menguntungkan dan
merugikan bagi kreditor, konsumen, pemosok, penyalur, karyawan, masyarakat
luas, dan seterusnya. Ini berarti etika utilitarianisme sangat sejalan dengan
apa yang telah kita bahas sebagai pendekatan stakeholder.
2)
Seringkali terjadi bahwa analisis keuntungan dan
kerugian ditempatkan dalam kerangka uang (satuan yang sangat mudah
dikalkulasi). Yang juga perlu mendapat perhatian serius adalah bahwa keuntungan
dan kerugian disini tidak hanya menyangkut aspek financial, melainkan juga
aspek-aspek moral; hak dan kepentingan konsimen, hak karyawan, kepuasan
konsumen, dsb. Jadi, dalam kerangka klasik etika utilitarianisme, manfaat harus
ditafsirkan secara luas dalam kerangka kesejahteraan, kebahagiaan, keamanan
sebanyak mungkin pihhak terkait yang berkepentingan.
3) Bagi bisnis yang baik, hal yang juga mendapat perhatian
dalam analisis keuntungan dan krugian adalah keuntungan dan kerugian dalam
jangka panjang. Ini penting karena bias saja dalam jangka pendek sebuah
kebijaksanaan dan tindakan bisnis tertentu sangat menguntungkan, tapi ternyata
dalam jangka panjang merugikan atau paling kurang tidak memungkinkan perusahaan
itu bertahan lama. Karena itu, benefits yang menjadi sasaran utama semua
perusahaan adalah long term net benefits.
Sehubungan dengan ketiga hal tersebut, langkah konkret yang perlu
dilakukan dalam membuat sebuah kebijaksanaan bisnis adalah mengumpulkan dan
mempertimbangkan alternative kebijaksanaan bisnis sebanyak-banyaknya. Semua
alternative kebijaksanaan dan kegiatan itu terutama dipertimbangkan dan dinilai
dalam kaitan dengan manfaat bagi kelompok-kelompok terkait yang berkepentingan
atau paling kurang, alternatif yang tidak erugikan kepentingan semua kelompok
terkait yang berkepentingan. Kedua, semua alternative pilihan itu perlu dinilai
berdasarkan keuntungan yang akan dihasilkannya dalam kerangka luas menyangkut
aspek-aspek moral. Ketiga, neraca keuntungan dibandingkan dengan kerugian,
dalam aspek itu, perlu dipertimbagkan dalam kerangka jangka panjang. Kalau ini
bias dilakukan, pada akhirnya ada kemungkinan besar sekali bahwa kebijaksanaan
atau kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan tidak hanya menguntungkan secara
financial, melainkan juga baik dan etis.
5. Kelemahan Etika Utilitarianisme
a)
Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga
dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
b)
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius
nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan niali suatu
tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.
c)
Etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius
kemauan baik seseorang.
d)
Variable yang dinilai tidak semuanya dapat
dikualifikasi.
e)
Seandainya ketiga kriteria dari etika utilitarianisme
saling bertentangan, maka akan ada kesulitan dalam menentukan prioritas di
antara ketiganya.
f)
Etika utilitarianisme membenarkan hak kelompok
minoritas tertentu dikorbankan demi kepentingan mayoritas.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar